Minggu, 10 Februari 2013

LAPORAN PENDAHULUAN DECOMPENSASI CORDIS


Decompensasi Cordis
A. Pengertian
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad ramali.1994)
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995).
B. Etiologi
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomiyopati.

Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel (stenosis katup atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil (Price. Sylvia A, 1995).
C. Klasifikasi
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan,gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri,gagal jantung kanan,dan gagal jantung kongestif.
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort,fatigue,ortopnea,dispnea nocturnal paroksismal,batuk,pembesaran jantung,irama derap,ventricular heaving,bunyi derap S3 dan S4,pernapasan cheyne stokes,takikardi,pulsusu alternans,ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.
Pada gagal jantung kanan timbul edema,liver engorgement,anoreksia,dan kembung.Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi jantung kanan,heaving ventrikel kanan,irama derap atrium kanan,murmur,tanda tanda penyakit paru kronik,tekanan vena jugularis meningkat,bunyi P2 mengeras,asites,hidrothoraks,peningkatan tekanan vena,hepatomegali,dan pitting edema.
Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas :
  1. Kelas 1;Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
  2. Kelas 2;Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
  3. Kelas 3;Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
  4. Kelas 4;Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan harus tirah baring.
D. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup,dan meningkatkan volume residu ventrikel. Sebagai respon terhadap gagal jantung,ada tiga mekanisme primer yang dapat di lihat :
  • Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik,
  • Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron, dan
  • Hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif. Meurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatik kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik merangang pengeluaran katekolamin dari saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal.Denyut jantuing dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung.Juga terjadi vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan tekanan arteria dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal, agar perfusi ke jantung dan otak dapat dipertahankan.
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa :
  1. Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus,
  2. Pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus,
  3. Iteraksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin I,
  4. Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II,
  5. Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal, dan
  6. Retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya tebal dinding.Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium;tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung,sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial.Respon miokardium terhadap beban volume,seperti pada regurgitasi aorta,ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya tebal dinding.
E. Tanda dan gejala
Dampakdari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sisitem pulmonal antara lain :
  • Lelah
  • Angina
  • Cemas
  • Oliguri. Penurunan aktifitas GI
  • Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri, antara lain :
  • Dyppnea
  • Batuk
  • Orthopea
  • Reles paru
  • Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :
  • Edema perifer
  • Distensi vena leher
  • Hari membesar
  • Peningkatan central venous pressure (CPV)
F. Pemeriksaan penunjang
  1. Foto polos dada
    • Proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang, cefalisasi arteria pulmonalis.
    • Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium
      kiri dan pembesaran ventrikel kanan.
  2. EKG
Irama sinus atau atrium fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi.

  1. Kateterisas  jantung dan Sine Angiografi
Didapatkan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri pada saat distol. Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi pulmonal. Dengan mengetahui frekuensi denyut jantung, besar curah jantung serta gradien antara atrium kiri dan ventrikel kiri maka dapat dihitung luas katup mitral.
           Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Decompensasi Cordis
A. Pengkajian
  1. Aktivitas dan Istirahat
    • Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar.
      Mengeluh sulit tidur (ortopneu, dispneu paroksimal nokturnal, nokturia, keringat malam hari).
    • Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu, dispneu.
  2. Sirkulasi
    • Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital: kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak, hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock hipovolema.
    • Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan yang keras, takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.
  3. Integritas Ego
    • Tanda: menunjukan kecemasan; gelisah, pucat, berkeringat, gemetar. Takut akan kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna, kepribadian neurotik.
  4. Makanan / Cairan
    • Gejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik.
    • Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan bising terdengar krakela dan mengi.
  5. Neurosensoris
    • Gejala: Mengeluh kesemutan, pusing
    • Tanda: Kelemahan
  6. Pernafasan
    • Gejala: Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.
    • Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak darah, gelisah.
  1. Keamanan
    • Gejala: Proses infeksi/sepsis, riwayat operasi
    • Tanda: Kelemahan tubuh
  2. Penyuluhan / pembelajaran
    • Gejala: Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.
    • Tanda: Menunjukan kurang informasi.
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin muncul
  1. Kerusakan pertukaran gas b.d kongesti paru sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisiil.
  2. Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan atrium dan kongesti vena.

C. Inetrvensi
  1. Diagnosa Keperawatan 1. :
    Kerusakan pertukaran gas b.d kongesti paru sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisiil

    Tujuan :
    Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi secara adekuat, PH darah normal, PO2 80-100 mmHg, PCO2 35-45 mm Hg, HCO3 –3 – 1,2

    Tindakan
    • Kaji kerja pernafasan (frekwensi, irama , bunyi dan dalamnya)
    • Berikan tambahan O2 6 lt/mnt
    • Pantau saturasi (oksimetri) PH, BE, HCO3 (dengan BGA)
    • Koreksi kesimbangan asam basa
    •  
    • Beri posisi yang memudahkan klien meningkatkan ekpansi paru.(semi fowler)
    • Cegah atelektasis dengan melatih batuk efektif dan nafas dalam
    • Lakukan balance cairan
    • Batasi intake cairan
    • Eavluasi kongesti paru lewat radiografi
    • Kolaborasi :
      • RL 500 cc/24 jam
      • Digoxin 1-0-0
§  Furosemid 2-1-0

Rasional
    • Untuk mengetahui tingkat efektivitas fungsi pertukaran gas.
    • Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas.
    • Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya proses pertukaran gas.
    • Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi pernafasan.
    • Meningkatkan ekpansi paru
    • Kongesti yang berat akan memperburuk proses perukaran gas sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.
    • Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat meguranngi timbulnya odem sehingga dapat mecegah ganggun pertukaran gas.
    • Membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan menghambat ADH.

  1. Diagnosa Keperwatan 2. :
    Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan atrium dan kongesti vena.

    Tujuan :
    Stabilitas hemodinamik dapat dipertahanakan dengan kriteria : (TD > 90 /60), Frekwensi jantung normal.

    Tindakan
    • Pertahankan pasien untuk tirah baring
    • Ukur parameter hemodinamik
    • Pantau EKG terutama frekwensi dan irama.
    • Pantau bunyi jantung S-3 dan S-4
    • Periksa BGA dan saO2
    • Pertahankan akses IV
    • Batasi Natrium dan air
    • Kolaborasi :
      • ISDN 3 X1 tab
§  Spironelaton 50 –0-0

§  Rasional
    • Mengurangi beban jantung
    • Untuk mengetahui perfusi darah di organ vital dan untuk mengetahui PCWP, CVP sebagai indikator peningkatan beban kerja jantung.
    • Untuk mengetahui jika terjadi penurunan kontraktilitas yang dapat mempengaruhi curah jantung.
    • Untuk mengetahui tingkat gangguan pengisisna sistole ataupun diastole.
    • Untuk mengetahui perfusi jaringan di perifer.
    • Untuk maintenance jika sewaktu terjadi kegawatan vaskuler.
    • Mencegah peningkatan beban jantung
    • Meningkatkan perfisu ke jaringan
    • Kalium sebagai salah satu komponen terjadinya konduksi yang dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot jantung.

Minggu, 03 Februari 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DHF






A. pengerian

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AEDES ( AEDES ALBOPICTUS dan AEDES AEGEPTY )

B. Penyebab

Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty )

C. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala penyakit DHF adalah :
-          Meningkatnya suhu tubuh
-          Nyeri pada otot seluruh tubuh
-          Suara serak
-          Batuk
-          Epistaksis
-          Disuria
-          Nafsu makan menurun
-          Muntah
-          Ptekie
-          Ekimosis
-          Perdarahan gusi
-          Muntah darah
-          Hematuria masih
-          Melena

D. Klasifikasi DHF menurut WHO

Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju tourniquet positif )

Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.

Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan  lemah, tekanan nadi menurun ( 20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi )

Derajat IV
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur

Pemeriksaan Diagnostik
-          Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )
-          Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )
-          Rontgen Thorac = Effusi Pleura

E. Penatalaksanaan
§  Medik
A.    DHF tanpa Renjatan
-          Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
-          Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
-          Jika kejang maka dapat diberi luminal  ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
-          Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

            B.     DHF dengan Renjatan
-          Pasang infus RL
-          Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
-          Tranfusi jika Hb dan Ht turun
§  Keperawatan
  1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
-          Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
-          Observasi intik output
-          Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3   jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
-          Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
-          Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

  1. Resiko Perdarahan
-          Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
-          Catat banyak, warna dari perdarahan
-          Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal

  1. Peningkatan suhu tubuh
-          Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
-          Beri minum banyak
-          Berikan kompres



F. Asuhan Keperawatan pada pasien DHF

Pengkajian
-          Kaji riwayat Keperawatan
-          Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda perdarahan , mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hai, nyeri otot dan tanda – tanda renjatan  ( denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran )

Diagnose Keperawatan
1.      Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam
2.      Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan
4.      Hipertermi berhubungan dengan proses infeksivirus
5.      Perubahan proses proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak

Perencanaan
1.      Anak menunjukkan tanda – tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
2.      Anak menunjukkan tanda – tanda perfusi jaringan perifer yang adekwat
3.      Anak menunjukkan tanda – tanda vital dalam batas normal
4.      Keluarga menunjukkan kekoping yang adaptif
Implementasi
1.      Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan
-          Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
-          Monitor tanda – tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung, produktie urin menurun
-          Mengobservasi dan mencatat intake dan output
-          Memberikan hidrasi yang adekwat sesuai dengan kebutuhan tubuh
-          Memonitor nilai laboratorium : elektrolit / darah BJ urin , serum tubuh
-          Mempertahankan intake dan output yang adekwat
-          Memonitor dan mencatat berat badan
-          Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
-          Mengurangi kehilangan cairan yang tidak telihat ( insesible water loss / IWL )

2.      Perfusi jaringan Adekwat
-          Mengkaji dan mencatat tanda – tanda Vital ( kualitas dan Frekwensi denyut nadi, tekanan darah , Cappilary Refill )
-          Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ektremitas ( suhu , kelembaban dan warna )
-          Menilai kemungkinan terjadinya kematian aringan pada ekstremitas seperti dingin , neri , pembengkakan kaki )

3.      Kebutuhan nutrisi adekwat
-          Ijinka anak memakan makanan yang dapa ditoleransi anak. Rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
-          Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi 
-          Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
-          Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
-          Mempertahankan kebersihan mulut pasien
-          Menjelaskan pentingnya intake nutirisi yang adekwat untuk penyembuhan penyakit

4.      Mempertahankan suhu tubuh normal
-          Ukur tanda – tanda vital suhu tubuh
-          Ajarkan keluarga dala pengukuran suhu
-          Lakukan “ tepid sponge”  ( seka ) dengan air biasa
-          Tingkatkan intake cairan
-          Berikan terapi untuk menurunkan suhu
5.      Mensupport koping keluarga Adaptif
-          mengkaji perasaan dn persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
-          Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi faktor yang paling mencmaskan keluarga
-          Identifikasikan koping yang biasa digunakan dn seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan

G. Pencegahan DHF
Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara:
-          Rumah selalu terang
-          Tidak menggantung pakaian
-          Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali
-          Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan
-          Tutup tempat penampungan air
Perencanaan pemulangan dan PEN KES
-          Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktifitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
-          Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping
-          Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala
-          Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan


DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995
Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267